Senin, 23 Desember 2013

KISAH WINDA (eps 2 ; Kenikmatan tiada henti)

Malam Jumat itu Winda telah  dalam pelukan dan takluk pada keperkasaan  Johan di atas ranjangnya sendiri... Ya.., semalaman mereka mengulangi  hingga pagi menjelang.

Pagi hari Johan bangun terlebih dahulu, meninggalkan Winda yang masih terlelap di ranjang yang telah acak-acakan tersebut. Saat bangun Winda terbaring diam, masih terpatri dalam benaknya bagaimana perlakuan Johan pada setiap sudut tubuhnya, terutama saat – saat penetrasi yang dramatis itu. Kini selangkangannya terasa sedikit nyilu dan terbit sejumput rasa sesal di hatinya.

Pagi Jumat itu Winda mandi sebersih – bersihnya, berusaha agar jejak - jejak di tubuhnya hilang. Ya…, Winda kuatir jika jejak – jejak itu akan terlihat. Jejaknya mungkin bisa hilang, tapi nikmatnya tidak akan pernah hilang, juga sprei tempat tidurnya direndamnya juga..

Winda masuk kantor pagi Jumat itu seperti biasanya. Dari kantor Winda menelepon ke Padang memberi tahu suaminya bahwa ia tidak bisa pulang, ada urusan kantor yang harus di bereskan, demikian alasannya. Winda berbohong, berusaha untuk mendapatkan tengat waktu yang cukup untuk menghilangkan jejak memerah di tubuhnya dan mencari penyelamatan diri dari perselingkuhan yang tidak dihendakinya itu 

Di kantor seperti biasa, Winda menyelesaikan dengan baik seluruh pekerjaannya hingga sekitar jam setengah 5 sore Jumat itu. Segera ia pulang. Sesampai di rumah wanita berkulit putih itu langsung menuju kamar mandi, mencuci pakaian dan sprei yang telah ia rendam pagi itu. Dan setelahnya langsung mandi. Winda saat itu mengenakan kaos bertangan panjang, dan celana panjang santai berwarna hijau muda berikut penutup kepala seperti biasa, Terlihat segar dan cantik ia sore itu.

Kembali di dalam rumah paviliunnya itu Winda berkutat di dapur memasak untuk dirinya sendiri. Lalu membereskan kamarnya, merapikan semua yang dianggapnya tidak pada tempatnya.

Senja itu sekitar pukul 6 sore. Itu Johan datang. Tanpa bicara sepatahpun langsung ia menuju rumah induk dan terdengar mandi. Mengenakan kemeja panjang, sesaat  kemudian Johan mendatangi wanita muda yang tengah duduk  di ruang tamu pavilion kamarnya itu. Sambil berdiri di pintu ia  bertanya pada Winda

“Winda , indak pulang ka Padang (Winda, pulang ke Padang ‘gak)”?. 
“Ma  bisa Winda pulang... (mana bisa Winda pulang)..“, sambil berdiri di pintu paviliun Winda sewot menjawab.
“Winda alun siap ka Padang, takuik pado kasalahan malam kapatang (Winda belum siap ke Padang masih takut pada kesalahan yang terjadi malam kemaren)” tambah wanita bertubuh sintal itu...
“Di badan ko panuah jajak pa-buek-an uda.. (di tubuh ini penuh jejak perbuatan abang)”
“Apolai jikok uda Winda mintak jatah, bisa kiamat beko (apalagi jika suami  Winda minta, jatah bisa kiamat)” ujar wanita muda tersebut menerangkan.

Johan hanya tersenyum dan duduk di sebelah kanan Winda. Lalu ia berkata. 

“Uda ka pai ka Medan malam ‘ko (Abang mau pergi ke Medan malam ini)”.
“ Untuk 3 hari se nyo (untuk 3 hari)” tambahnya. Kemudian dia meraih jemari wanita muda tersebut.
“ Uda sayang bana ka Winda (abang sangat menyayangi Winda)” Winda diam saja, merasa percuma untuk menolak karena sudah tidak ada lagi yang perlu ia pertahankan, sebab hubungan yang tercipta diantara mereka sudah tak ada batas lagi sejak malam Jumat yang bergelora kemaren.

Johan berjalan menghampiri Winda yang duduk dengan  tangan masih berada di pangkuannya, memandang  mata memandang kedepan, menerawangnya. Mengajaknya  agar duduk di sebelah kirinya. Lebih dekat pada sofa di ruangan itu. Kedua tangan Johan berada berada pada bahu kiri Winda, perlahan lelaki itu mendekatkan wajahnya, dan mulai mengecup. Bibir berkumisnya berlabuh pada kening wanita bertubuh sintal itu… Winda diam membiarkan bibir berkumis tersebut meluncur turun di sepanjang pipi halusnya sambil tak henti mengecup pipi sebelah kiri tersebut, dari dahinya menuju dagu yang lancip, naik keatas menemukan kedua bibir lembut wanita muda dan langsung melumat

Beberapa saat Winda membiarkan dan menerima saja perlakuan Johan pada bibirnya itu. Lelaki gagah itu kini menjulurkan lidahnya, menyelusuri permukaan lembut bibir Winda mili demi mili, mendesak kedua bibir  tersebut agar memberikan jalan, menyelusuri setiap permukaan gusi dengan lembut dan perlahan. Kedua bibir wanita muda tersebut membuka dengan perlahan, iapun terus mengulum rongga mulutnya beberapa saat hingga Winda tergerak mengimbanginya…, mulai menghisap.. dan kedua  tangannya dengan nakal menjamah dada Winda yang saat itu masih berpakaian lengkap. Winda menengadahkan kepalanya menyambut dengan sukacita. Tubuhnya mulai bersandar ke bahu lelaki tersebut. Winda mengikuti saja... tindakannya tubuhnya mengeliat-geliat dalam geli yang memabukkan.

Lalu diapun melepaskan pagutan pada bibirnya. Johan berdiri melangkah ke arah pintu, menutupnya dan kembali kearah wanita muda tersebut. Ditariknya tangan kanan Winda untuk masuk kamarnya. Dalam cahaya lampu yang terang Winda tak sedikitpun berusaha menolak. Merebahkan Winda di ranjang biru muda dalam kamarnya, terlentang…, lalu melepaskan pakaian Winda termasuk pakaian dalamnya yang berwarna putih. Juga pakaian yang dikenakannya termasuk pakaian dalam biru tuanya yang membungkus pertemuan pahanya. dengan cepat tergesa – gesa sekali.., melemparkan semuanya di lantai.

Winda memandangi tubuh Johan dengan nafas yang mulai tak teratur. Ada ketakutan dan keinginan kuat yang bercampur Winda paham Johan ingin melakukannya lagi seperti juga keinginannya juga. Masih terpatri kuat dalam benaknya kejadian malam sebelumnya yang sangat melenakannya....

Winda terlentang pasrah, tubuh Johan mulai menindih, dan kedua kaki wanita muda itu  di bukanya. Winda yang tengah memeluk bahu lelaki itu, tak sadari saat ia telah memasukkan kejantanannya pada kewanitaan Winda. Yang membuat Winda mengetahuinya karena rasa nyilu terbit dari pertemuan pahanya menyebabkan ia melonjak-lonjakkan tubuhnya kekiri dan kekanan.

Lelaki itu bergerak perlahan, menghujamkan pinggulnya pada pertemuan kedua paha Winda yang kedua kakinya terbuka lebar.., dengan tempo yang teratur. Pinggul wanita muda itu menyentak keatas, menyambutnya, menjemput hujaman batang kokoh tersebut… hingga akhirnya Johan menghunjam dengan kuat, mendesakkan kejantanannya se dalam-dalamnya lalu menggeram…, karena mencapai klimaks. Melepaskan semua benihnya didalam tubuh wanita muda itu. Lalu tubuhnya jatuh masih diatas tubuh wanita berkulit putih tersebut... Padahal Winda belum apa - apa. Setelah ia sampai klimaks iapun berdiri mengenakan pakaiannya kembali, menjauh darinya masih dalam kamar tersebut.

“ Uda ka pai ka Medan, jadi tadi itu adolah raso nan ‘ndak uda sampaikan ka Winda (Abang akan ke Medan jadi tadi itu adalah rasa yang ingin abang sampaikan pada Winda)”, ucap Johan.
“ Uda minta maaf, uda tau Winda alun apo – apo, lain wakatu uda ‘ndak mamuehkan diek Winda (abang minta maaf, abang tau Winda belum apa- apa, lain kali abang akan memuaskan dik Win)”, tambah lelaki berkulit gelap tersebut. Winda merasa sebuah keanehan karena Johan minta maaf karena persetubuhan itu hanya memuaskan  dirinya saja. Johan minta izin berangkat malam itu kira - kira jam 9 malam. Malam itu Winda tinggal sendiri di kamarnya, ada rasa kecewa karena Winda merasa hanya jadi sarana pelampiasan nafsu Johan saja. 

Dan Sabtu itu Winda tetap di rumah saja, karena Johan ke Medan selama 3 hari. Merapikan rumah, dan membereskan pakaian untuk bekerjanya Senin nanti. Jam 10 pagi suaminya telpon. bahwa dia dan anaknya akan ke Bukittinggi hari Sabtu itu sekalian singgah di tempatnya. Suaminya datang sekitar jam 3 sore dengan mobil mereka di tempatnya bersama anaknya berikut mertua Winda. Seharian itu Winda asyik dengan anak dan suaminya... jalan - jalan  di daerah itu. Tak sedikitpun ada kesempatan atau waktu bagi wanita muda tersebut dan suaminya untuk dapat sedikit bermesraan dan berhubungan layaknya suami istri. Minggu sore sekitar jam jam 5 sore suaminya pulang ke Padang. Windapun kembali larut dengan rutinitasnya..

Selasa itu Winda baru pulang dari kantor sekitar jam 5 sore. Masih sendirian dia karena kakaknya Johan masih belum pulang Winda pun mandi membersihkan badannya, karena capai seharian kerja. Malamnya Johan terlihat pulang. Dia pun langsung ke rumah dan mandi.

Saat itu Winda mengenakan kimono tidur berikut penutup kepala seperti biasa dan celana panjang bermotif bunga. Dengan hanya mengenakan pakai celana pendek dan kaos singlet Johan menemui Winda di kamarnya dan minta Winda menemaninya makan,di dalam rumah kakaknya, sebab menurutnya saat itu ada oleh - oleh makanan yang ia beli di jalan. Winda yang juga merasa lapar akhirnya mau menemaninya makan senja itu.

“ Win, uda bali nasi jo gulai kambiang di tampek langganan, lamak mah, kawani uda makan yo (Win, abang, beli nasi dengan gulai kambing di tempat langganan, ini enak Win, kawani abang makan ya)?”,kata Johan. Winda menurut saja dan menyiapkan makanan itu untuk mereka berdua malam itu. Selesai makan Winda merasakan ‘panas’nya makanan itu amat kentara. Maklum gulai kambing’ pikirnya. tubuhnya memanas sehingga peluhnya keluar .hingga keningnya basah,  Johan juga sama... 

Setelah makan kemudian mereka duduk berhadapan, masih di dalam rumah itu. Winda menceritakan tentang kedatangan suaminya hari Sabtu itu kepada  Johan. Johan hanya tersenyum simpul dan tidak sedikitpun merasa iri atau cemburu mendengar penuturan wanita muda berkulit putih itu. Kemudian ia berdiri dan meraih tangan kanan Winda dan menariknya kearah kamarnya. Winda agak keberatan, berusaha melepaskan tangannya karena tak terbiasa…

“ Ado apo kok Winda di bao ka siko da (ada apa  kok Winda di bawa kesini)?, tanya Winda jengah.
“ Ado ciek untuak Winda (ada sesuatu buat Winda)” jawabnya...

Dengan sedikit enggan Winda melangkah ke kamar yang terletak di sebelah kiri terpisah dari rumah induk berlantai kayu itu bergandengan tangan mengikuti Johan. Winda dimintanya duduk di tepian kasur spring bed dalam kamar itu, kakinya menjuntai. Winda mengikuti permintaannya karena Johan memohon-mohon dengan amat sangat. Tak terlintas sebersitpun pada benak wanita cantik tersebut akan hal- hal yang dapat terjadi, hanya menurut saja.

Springbednya hanya 1 lapis, sudah lusuh dan jarang dicuci sepertinya. Tercium bau rokok dan minuman terbersit pada hidung wanita bertubuh sintal itu. Winda memaklumi kamar yang agak jorok dan di sana sini banyak puntung rokok dan botol - botol minuman..

Kemudian Johan mengeluarkan sesuatu dari dalam laci meja di kamarnya, berbentuk kotak berwarna hitam. Rupanya ia baru saja membeli sebuah kalung berwarna seperti emas putih. Winda merasa tersanjung atas sikapnya itu dan merasa  terpuji..

...Iko hadiah (ini hadiah)” katanya.
“ Uda mintak Winda mamakainyo kini juo (Abang minta Winda mau memakainya sekarang juga)” pintanya. Winda berusaha menolak.
...Indak usahlah bang…malu...” ujarnya tersipu-sipu merasa tidak ingin memakainya. Namun Johan yang saat itu berdiri di depannya terus memaksa. Akhirnya dengan sungkan, Winda membiarkan lelaki itu bergerak kebelakang   untuk melepaskan kalung yang sedang dipakainya. Winda menurut membiarkan malah  membantunya. Johan melepas penutup kepala Winda dan meletakkannya di atas ranjang, kemudian melepas kalung yang telah selama itu melingkari lehernya. Lalu Johan  memberikan kalung yang selama ini dkenakan Winda ketangan pemiliknya, dan mengaitkan kalung berwarna putih itu pada leher mulusnya dari arah belakang. Mulai saat itu Winda memakai kalung pemberian Johan.

Setelah kalung putih tersebut terpasang, Johan mulai menciumi dan mengelus tengkuk sebelah kanannya. Tangan satunya merangkul pinggang Winda dari belakang. Winda merinding, kepalanya menunduk karena geli, Winda berusaha menolakkan kepala  Johan dengan tangan kanannya namun  Johan tak juga berhenti menciumi tengkuknya, Winda kegelian… Dan Johan tetap tak juga berhenti. Sedangkan tangan kirinya kini sudah tak berada dibahunya lagi, tengah bergerak ke depan melalui ketiak menuju bukit padat yang membusung di dada Winda.

...UHHH…..!” Winda mengeluh merasakan gairahnya kembali terbit. Lalu jemari kedua tangan Johan memilin bukit padat yang membusung di dada Winda yang saat itu masih terbalut kimono beserta pakaian dalamnya. Winda mencoba berusaha melepas tangan Johan yang berada di dadanya, namun tidak bisa karena tenaganya lelaki tersebut lebih kuat tak mampu ia goyahkan…! Hingga kancing kimono itu akhirnya dilepaskan Johan. Winda diam saja saat pakaian tersebut jatuh ke lantai. Membaringkan tubuh sintal yang kini terbuka pada bagian depannya hingga pinggang itu di atas ranjang. Hanya dua buah cup berwarna hijau muda polos, berukuran 34b yang masih menutupi bukit padat yang membusung indah di dada pemiliknya.

Perlahan Johan menciumi belahan dada yamg memutih mulus itu, mata Winda memicing menikmati rasa geli yang timbul.

...AHH……..!”rintih wanita muda tersebut tak henti-hentinya. Hingga akhirnya penutup dada Winda juga lepas dan membebaskan bukit padat di dada wanita muda itu bersentuhan dengan udara bebas.

Johan membalikkan tubuh Winda menyamping, hingga mereka berhadapan. Tangannya meraih kebelakang, pengait penutup dada Winda turut dilepaskan berikut kimononya. Tak sedikitpun wanita muda tersebut berusaha mencegah atau menolak karena menurutnya, dirinyapun telah tak punya apa-apa lagi yang harus dipertahankan. Saat pakaian atasnya telah lepas dan tubuh mulus memutih tersebut telanjang hingga pinggang. Pikirannya kosong… Hanya tinggal celana panjang yang masih pada tempatnya. Kembali Johan membalikkan tubuh mulus itu menelentang, berusaha menarik celana tersebut. Winda membiarkan saja, hanya menatap sayu pada wajah lelaki gagah tersebut, malah membantu mempermudah dengan mengangkat pinggulnya hingga pakaian dalam yang berukuran medium berwarna putih polos miliknya yang merupakan lembaran kain terakhirnya tersebut meluncur  turun dari kedua tungkai mulusnya dan lepas dilantai. Winda kini telanjang dan terkulai pasrah didera nafsunya yang  mulai bergelora.... Johanpun berdiri, melepas pula semua kain yang melekat pada tubuhnya dalam tatapan mata pasrah Winda yang terbaring terlentang… telanjang. Kemudian rebah di sisi kiri nya.

Winda seakan mulai menginginkan juga, mungkin pengaruh makanan kambing itu membuat tubuhnya amat panas semakin bergairah. Johan mulai bergerak, di awali dengan  membelai dada hingga pusat kewanitaannya. Jari tangan kanannya masuk ke dalam lepitan kewanitaan yang basah di bawah sana…,!!! dipermudah oleh kedua kaki Winda yang naluriah membuka guna memberikan jalan... Winda hanya menatap mata Johan.., sambil menggeliat-geliat bak cacing kepanasan seraya merintih… 

...OHH………”. Johan kemudian berdiri, diringi tatapan Winda pada punggungnya. Turun dan mengambil sebuah botol  berwarna hitam yang terletak di atas lemari miliknya dan kembali duduk di samping kiri wanita muda. Menuangkan isinya yang berwarna merah diatas perutnya, juga pada dada dan lehernya. Tercium aroma amat wangi. Lalu ia menjilati cairan yang sudah tumpah di atas kulit perut dan noktah pusarnya termasuk pada lehernya. Ada rasa geli, dingin dan gairah yang dirasakan Winda dibawah sinar lampu kamar yang saat itu terang benderang. Ia menjilatnya hingga tandas...! Lalu kepala Johan meluncur turun, menuju pusat kewanitaannya, sehingga tubuh tegapnya kembali berada di lantai, dengan kedua tangan tak henti-hentinya menggeluti bukit padat pada dada wanita bertubuh sintal tersebut.. Spontan kedua kaki Winda membuka, dirinya terangsang hebat…!!!

Saat dirinya tengah menikmati, Johanpun membuka kewanitaan Winda dengan jemari tangan kanannya, lalu menjilatnya dengan lidahnya yang terasa kasar. Wanita bertubuh mulus itu hanya bisa menggerinjal-gerinjal dan merintih-rintih. Winda berulangkali memiringkan tubuh disebabkan nikmat dan geli yang dirasakan bersamaan. Tak disadari Winda kedua tangannya berusaha menarik kepala lelaki itu... berusaha menjauhkan mulut dan lidah lelaki tersebut dari selangkangannya

Namun dengan intens lidah Johan tak jua berhenti,.... terus menggeluti liang kewanitaan wanita bertubuh sintal tersebut, menggelitiki bagian lembut yang memerah muda yang telah basah itu. Sepertinyanya ia amat ingin menyempurnakan dan menuntaskan gairah yang makin membulak-bulak yang melanda tubuh sintal itu.., Beberapa saat kemudian Winda... orgasme...!!! Tubuhnya meregang dan mengejang.., pinggulnya menelikung keatas sambil mengerang keras.  Saat itu Winda hanya bisa memicingkan mata… kejang,.. dan merintih.. , semua cairan kewanitaan miliknya dihisap Johan...!!!

Johan bangkit, memandangi wanita sintal yang terbaring bersimbah keringat. Tangannya yang berbulu kekar membuka kedua kaki Winda  yang telah merapat kembali. Lalu tangan kanannya meraih tangan kanan Winda dengan, tiba-tiba saja Winda merasakan.. menyentuh dan memegang.. sebuah batang berotot yang kuat. Ia kaget, baru menyadari johan mengarahkan tangan wanita muda itu untuk memegang batang kejantanannya yang kokoh. Winda takjub karena ukurannya  besar dan panjang.. Karena agak takut kembali dilepaskannya. Namun Johan dengan cepat menarik tangan wanita berkulit putih itu agar tetap memegangnya. Winda menggenggamnya sambil memandang ke wajah lelaki yang terbaring di sampingnya dengan rasa kuatir takut akan menyakitinya.., beberapa saat kemudian Winda melepaskannya kembali…

Lalu  Johan merangkak di atas tubuhnya yang telah lemas dan telentang. Kedua kaki wanita muda di di bukanya dan ia berjongkok memposisikan kejantanannya dengan tangan kanannya tepat pada lepitan basahnya. Menggesek-gesekkannya pada lepitan seperti kebiasaannya, Windapun turut bergerak, menggeser pinggulnya lebih dekat supaya ujung membola  batang kokoh itu tepat pada lepitan kewanitaannya. Winda memicingkan mata, perasaan geli dan keinginan untuk cepat di masuki membuncah menggelegak dalam dirinya… Lalu batang kaku itu masuk pelan pelan dengan lancar, awalnya  geli, basah dan sebentuk  benda hidup masuk.., kini tidak terasa sakit lagi…!!! 

...UHH….!”rintih Winda. Tubuh Winda sontak terlonjak saat ujung membola  batang kokoh itu terasa mentok di dasar kewanitaannya..! Kedua kakinya  terbuka.  Kembali seluruh tubuh wanita itu di eksplorasi Johan dengan tangannya hingga Winda merasa sangat amat bergairah. Sedang kedua tangan wanita muda bertubuh sintal itu di bukanya dan jari merekapun saling mengenggam di samping bahu telanjang wanita muda itu. Lidahnya menggigit dan menjilati bukit padat berikut puncaknya di dada wanita berkulit putih tersebut perlahan. Bergantian sebelah kiri dan kanan. Lalu... lelaki itu bergerak menarik pinggulnya perlahan, sehingga lepitan kewanitaan Winda seperti tertarik keluar dan sebaliknya saat batang kokoh tersebut menusuk ke dalam. Kepala wanita muda terlempar ke kiri dan ke kanan saking nikmatnya rasa yang menderanya. Pinggul padatnya bergerak menyambut mengimbangi dengan berputar-putar di bawah karena terangsang hebat seperti dialiri strum dan sesekali menyentak keatas ke bawah pada setiap hujamannya.

...AHH…….!”klimaks kembali melanda wanita muda tersebut.  Ada rasa seperti tersengat listrik..., tubuhnya melengkung keatas dan kedua kakinya menjepit pinggangnya di belakang tubuh Johan. Seluruh tubuhnya mengeletar dengan pinggul yang bergerak gelisah liar. Winda ingin ia berlama lama dan tak cepat klimaks. Kewanitaannya berdenyut-denyut seolah menjepit merapat dengan kuat. Membuat Johan amat bernafsu sekali dan bergerak makin cepat. Saat itu  yang membuat Winda merasa takjub pada gerakan Johan saat memompa dirinya, amatlah kuat dan konstan dengan batang kejantanannya yang kokoh tak henti menghunjam. Dan kira - kira 15 menit kemudian itu Johan bergerak semakin cepat, lalu menumpahkan spermanya sambil menggeram  Ada rasa hangat tumpah dalam kewanitaannya.., di rahimnya.

Johanpun mendiamkan kejantanannya di dalam beberapa saat Lalu menggelosoh kesamping.. Kepuasan terpancar pada wajah wanita muda tersebut. Semburat memerah terbit pada wajahnya. Berpelukan mereka terbaring diatas ranjang yang telah basah dan acak-acakan tersebut. Winda terpejam dan merasa hangat pada kewanitaannya. Winda amat puas…
 
Kemudian Johan berdiri dan melangkah masuk kekamar mandi. Winda hanya memandang, terlentang dan  telanjang dengan kaki masih terbuka, yang ada dalam pikiran saat itu  hanya rasa lepas, puas dan tubuh capai, kehabisan tenaga dan daya.

Rupanya ia baru saja mandi, saat Winda melihatnya keluar dari kamar mandi dengan berlilitkan handuk pada pinggangnya. Johanpun lantas meminta Winda untuk membersihkan diri di kamar mandi itu. Windapun menurut dan beranjak ke kamar mandi, telanjang…

Dalam kamar mandi itu Winda mengguyur tubuhnya dengan air dingin, segar sekali rasanya. Sewaktu menyabuni tak sedikitpun terbayangkan perlakuan Johan sebelumnya pada bagian - bagian tubuh mulusnya, yang penting tubuhnya bersih dan tidak ada keringat ataupun sisa bau tubuh Johan.

Lalu  Winda melongok ke luar kamar mandi Winda meminta handuk untuk menutupi tubuh telanjangnya yang telah segar. Johan mendekat memberikan handuk yang ia pakai, untuk menutupi dan mengeringkan tubuh wanita muda yang basah setelah mandi. Winda melangkah keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk yang berwarna biru muda, agak kotor dan bau, mungkin jarang di cuci, namun Winda tidak mempunyai pilihan.

Di kamar Winda pun kembali mencari-cari untuk mengenakan pakaian dalamnya namun tidak ada dan Winda bertanya. Akhirnya  cd dapat di temukan Johan tergeletak di sudut ranjang-nya. Winda tidak sadar bahwa benda kecil itu tadinya terlempar oleh perbuatan mereka berdua. Johan berdiri mendekati di depan Winda. Winda berusaha merebut kain segitiga penutup pertemuan pahanya dari tangan Johan. Sambil bercanda Johan melemparkan benda itu ke atas ranjang. Winda bergerak cepat meraihnya, hampir dapat namun tak di duganya handuk yang melilit tubuh sintalnya terlepas dari tubuhnya.

...AW… AH.. AH.. UDA (AW… AH.. AH.. ABANG)”, Winda menjerit manja. Winda kembali telanjang, berusaha menutup pertemuan pahanya dengan tangannya.  Johan yang telah mengenakan celana dalam itu kembali memeluknya. Winda langsung terjerembab jatuh ke atas ranjang itu diikuti tubuh lelaki dan langsung ditindih oleh tubuh besarnya yang masih lembab sehabis mandi.

Johan berusaha menciumi bibir wanita menggairahkan tersebut. Winda yang gelagapan tak menduga akan menerima perlakuan Johan seperti itu, sehingga mereka saling kulum.  Saat itu Winda pun tidak mau kalah, membalas setiap hisapan lidah Johan sementara kedua tangannya berada di samping kepala Winda, sedangkan tangan Winda naluriah mendekap bahunya. Di bawah, Winda hanya bisa membalas perlakuan bibir dan lidah Johan, meskipun kedua kakinya telah membuka, menempatkan tubuh Johan diantaranya.

Tangan kirinya lalu meraih bukit padat membulat di dada Winda dan meremasnya, bibir berkumis lelaki itupun ikut andil dengan memberi gigitan kecil pada bukit padat yang membusung pada bagian kanan sehingga Winda mulai bernafsu lagi dan mengikuti tindakan Lelaki itu serta dan membalasnya.. Tangan kiri Johan lalu menyelusuri perut turun kearah bawah pusar menemukan gundukan hangat kewanitaan Winda, dan jarinya masuk kedalam..!! Winda semakin tidak karuan, Winda sudah mulai basah, gejolak tubuhnya sudah menegang, mendesah…

Sementara tangannya masih meremas kedua bukit membusung di dada Winda yang puncaknya semakin menegang menjulang, tubuh Johan turun, membuat rasa basahnya semakin menjadi - jadi saat kepala Johan ikut turun, menjilat seluruh isi kewanitaannya. Winda tentu saja menjepit kepalanya karena rasa geli.., gairah.., dan rasa yang seakan meledak di dalam tubuhnya sementara kedua tangannya berada  pada kepala lelaki tersebut, menarik dan menjambak rambutnya..!! Winda mendengus,

....MNNNH AH  MM UGH… MM”, Winda mulai merasakan ada aliran basah mengalir dari dalam kewanitaannya. 

Kemudian Johan bangkit dan berdiri, memposisikan tubuhnya sejajar diatas tubuh indah wanita bertubuh sintal tersebut. Tubuhmya telah telanjang juga. Rupanya saat melakukan rangsangan pada Winda, Johan melucuti pakaian dalamnya sendiri. Dengan kedua tangannya diraihnya kedua kaki wanita muda itu dan membukanya, sementara Winda hanya bisa memegang dengan erat kain sprei... Johan mengarahkan batang kokoh kejantanannya, bersiap memasuki tubuh wanita muda yang telah terkangkang pasrah itu. Winda tak berani memandang ke bawah dan hanya menatap ke samping karena agak malu, kuatir dan jengah... Perlahan Winda merasakan sebentuk batang yang kokoh tengah memasuki tubuhnya di bawah. Wanita muda itu menggigit bibir bawahnya karena kembali dirasakannya seret dan nyilu. Tak dapat lagi ia berpikir untuk meghentikan karena telah mulai masuk.., rasanya panas dan kaku..! Lelaki itu bergerak memajukan pinggulnya, mendorong batang tegangnya sekaligus hingga masuk semuanya..

...OU... UHH..!” erang Winda saat batang tegang yang kaku itu amblas terbenam…, tubuhnya menggial… matanya memicing... dengan tangan mencengkeram sprei. Winda menyadari keseluruhan batang tegang Johan telah terbenam amblas dalam kewanitannya saat merasakan selangkangan lelaki itu berbenturan dengan pertemuan kedua pahanya. Johan diam beberapa saat. Perlahan ditariknya kembali. Terasa lepitan kewanitannya tertarik kembali. Saat Winda mulai merasakan nyaman pada kewanitaannya dengan batang tegang itu didalamnya. Winda mendesah keras,

...OUHH……!” Baru beberapa senti kira-kira seperempat bagian yang keluar Johan mendorong pinggulnya lagi, sangat perlahan..! hingga mentok, rasanya hangat, masih ada sedikit rasa tebal dan nyilu…!!

Johan menarik kembali lagi beberapa saat hingga berulang- ulang,  Gerakan Johan semakin cepat,

...UU…AUUU… UGH.. UGH…!” Winda mendesah dengan cepat. Meski tanpa ada gerakan berarti dari tubuh wanita muda bertubuh indah itu karena merasa telah capai dan otot pinggulnya serasa kaku, ia sangat menikmati persetubuhan ini. Winda menjadi agak malu karena saat Johan bergerak memacu pinggulnya itu terdengar ada kecipak bunyi - bunyian pada pertemuan kedua selangkangan mereka yang telah basah oleh keringat. Hingga sekarang Winda masih merasa malu pada dirinya sendiri apabila mengingat itu.

Beberapa saat kemudian Winda mengerang keras dengan suara parau,  matanya terpejam. Dan tubuhnya serasa meledak…,  menegang kejang.., melentingkan punggungnya keatas bak ulat tertusuk duri, menjepit ketat pinggul Johan  dengan kedua kakinya yang saling berkait di belakang Bagian dalam kewanitannya kembali berkedut-kedut. Jiwanya serasa ringan, terbang melayang… lalu terkulai.. capai..

...OH… AHHHHHH… ADDDUHH… ‘DUHH !”

Johan masih terus bergerak, menghujamkan batang tegangnya pada kelembutan basah kewanitaan Winda tak berhenti… malah semakin cepat dan kasar..!!! Winda sudah sangat lemas saat itu hanya diam terlentang dan terkangkang pasrah. Kedua tangannya tergolek tidak berdaya memegang apapun. Hanya suara kecipak pertemuan kelamin mereka saja dan nafas Johan yang memburu riuh terdengar dalam ruangan itu. Tidak lama kemudian Johan dengan cepat menyusul. Seraya menggeram ia menyentakan pinggulnya ke bawah dengan kuat membuat pinggul wanita muda itu terbenam dalam keempukan ranjang, menyemburkan cairan kental yang hangat miliknya di dalam kewanitaan Winda. Dan iapun rebah lagi diatas tubuh wanita bertubuh sintal itu beberapa saat, lalu menggelosoh ke samping Winda..

Jam 2 malam itu juga Winda meminta di antar kembali ke kamarnya namun Johan memaksanya tidur di situ.

...Da… Winda.. ka kamar malam iko yo (bang Winda..kekamar malam ini ya..), 
...Beko Uni uda pulang baa pulo? Bisa gawat da (nanti kakak abang pulang gimana? bisa gawat bang..)”.kata Winda tetap ngotot. Winda takut jika tiba-tiba kakaknya pulang sedangkan Winda berada di dalam kamar adiknya.
...Kan Winda masiah latiah, disiko sajo lah. Uni pulangnyo indak mungkin malam ‘ko (kan Winda masih letih, disini sajalah, kakakku pulangnya ‘gak mungkin malam ini koq)”, sahut Johan.
...Winda indak namuah lalok disiko, kalau di caliak urang lain tantang awak apo pulo katonyo beko (Winda tidak mau tidur disini, nanti jika dilihat orang lain tentang kita bagaimana)?”, kata Winda menerangkan.

Dengan berat hati dan malas-malasan Winda melangkah diantar Johan ke kamarnya, meski tidak terlalu jauh. Untungnya jalan menuju kamar lampunya tidak ada sehingga tidak akan ada orang yang tau. Sesampai di pintu paviliunnyanya. Winda masuk tetapi dengan nakal tangan Johan masih sempat meraih dada membusung Winda yang langsung menepisnya. Saking lelahnya Winda tidak teliti sehingga penutup segitiga pakaian dalamnya masih tertinggal di kamar Johan. Winda berbisik  pada Johan,

...Da, sarawa Winda lupo..., (bang pakaian dalam Winda lupa di pakai)”dengan tersenyum Johan berkata,
...Bisuak lah uda anta-an, maleh bulak baliak (besok abang antarkan, malas bolak balik). Begitu tau Winda tidak mengenakan pakaian dalamnya, tangan Johan lansung meraih ke bawah, berusaha meraba kewanitaannya yang tertutup pakaian tidur.
...Malu ‘da, iko kan dilua (malu ini kan diluar bang..)”, kata Winda.

Winda kemudian mencuci muka dan berbaring. Langsung  ia tertidur karena kelelahan akibat persetubuhan tadi. Dan esok nya kembali bekerja seperti biasa. Winda juga sudah lupa pakaian dalamnya yang tertinggal di kamar Johan. Setelah dia mengatakan akan menyimpannya di tempat yang aman. Winda tidak kuatir lagi…



Tidak ada komentar:

Posting Komentar