Malam
Jumat itu Winda telah dalam pelukan dan
takluk pada keperkasaan Johan di atas
ranjangnya sendiri... Ya.., semalaman mereka mengulangi hingga pagi menjelang.
Pagi
hari Johan bangun terlebih dahulu, meninggalkan Winda yang masih terlelap di
ranjang yang telah acak-acakan tersebut. Saat bangun Winda terbaring diam,
masih terpatri dalam benaknya bagaimana perlakuan Johan pada setiap sudut
tubuhnya, terutama saat – saat penetrasi yang dramatis itu. Kini
selangkangannya terasa sedikit nyilu dan terbit sejumput rasa sesal di hatinya.
Pagi
Jumat itu Winda mandi sebersih – bersihnya, berusaha agar jejak - jejak di
tubuhnya hilang. Ya…, Winda kuatir jika jejak – jejak itu akan terlihat.
Jejaknya mungkin bisa hilang, tapi nikmatnya tidak akan pernah hilang, juga
sprei tempat tidurnya direndamnya juga..
Winda
masuk kantor pagi Jumat itu seperti biasanya. Dari kantor Winda menelepon ke
Padang memberi tahu suaminya bahwa ia tidak bisa pulang, ada urusan kantor yang
harus di bereskan, demikian alasannya. Winda berbohong, berusaha untuk
mendapatkan tengat waktu yang cukup untuk menghilangkan jejak memerah di
tubuhnya dan mencari penyelamatan diri dari perselingkuhan yang tidak
dihendakinya itu
Di
kantor seperti biasa, Winda menyelesaikan dengan baik seluruh pekerjaannya
hingga sekitar jam setengah 5 sore Jumat itu. Segera ia pulang. Sesampai di
rumah wanita berkulit putih itu langsung menuju kamar mandi, mencuci pakaian
dan sprei yang telah ia rendam pagi itu. Dan setelahnya langsung mandi. Winda
saat itu mengenakan kaos bertangan panjang, dan celana panjang santai berwarna
hijau muda berikut penutup kepala seperti biasa, Terlihat segar dan cantik ia
sore itu.
Kembali
di dalam rumah paviliunnya itu Winda berkutat di dapur memasak untuk dirinya
sendiri. Lalu membereskan kamarnya, merapikan semua yang dianggapnya tidak pada
tempatnya.
Senja
itu sekitar pukul 6 sore. Itu Johan datang. Tanpa bicara sepatahpun langsung ia
menuju rumah induk dan terdengar mandi. Mengenakan kemeja panjang, sesaat kemudian Johan mendatangi wanita muda yang
tengah duduk di ruang tamu pavilion
kamarnya itu. Sambil berdiri di pintu ia
bertanya pada Winda
“Winda , indak
pulang ka Padang (Winda, pulang ke Padang ‘gak)”?.
“Ma bisa Winda pulang... (mana bisa Winda
pulang)..“, sambil berdiri di pintu paviliun
Winda sewot menjawab.
“Winda alun siap
ka Padang, takuik pado kasalahan malam kapatang (Winda belum siap ke Padang
masih takut pada kesalahan yang terjadi malam kemaren)”
tambah wanita bertubuh sintal itu...
“Di badan ko
panuah jajak pa-buek-an uda.. (di tubuh ini penuh jejak perbuatan abang)”
“Apolai jikok uda
Winda mintak jatah, bisa kiamat beko (apalagi jika suami Winda minta, jatah bisa kiamat)”
ujar wanita muda tersebut menerangkan.
Johan
hanya tersenyum dan duduk di sebelah kanan Winda. Lalu ia berkata.
“Uda ka pai ka Medan
malam ‘ko (Abang mau pergi ke Medan malam ini)”.
“ Untuk 3 hari se
nyo (untuk 3 hari)” tambahnya. Kemudian dia meraih
jemari wanita muda tersebut.
“ Uda sayang bana
ka Winda (abang sangat menyayangi Winda)” Winda diam
saja, merasa percuma untuk menolak karena sudah tidak ada lagi yang perlu ia
pertahankan, sebab hubungan yang tercipta diantara mereka sudah tak ada batas
lagi sejak malam Jumat yang bergelora kemaren.
Johan
berjalan menghampiri Winda yang duduk dengan
tangan masih berada di pangkuannya, memandang mata memandang kedepan, menerawangnya.
Mengajaknya agar duduk di sebelah
kirinya. Lebih dekat pada sofa di ruangan itu. Kedua tangan Johan berada berada
pada bahu kiri Winda, perlahan lelaki itu mendekatkan wajahnya, dan mulai
mengecup. Bibir berkumisnya berlabuh pada kening wanita bertubuh sintal itu…
Winda diam membiarkan bibir berkumis tersebut meluncur turun di sepanjang pipi
halusnya sambil tak henti mengecup pipi sebelah kiri tersebut, dari dahinya
menuju dagu yang lancip, naik keatas menemukan kedua bibir lembut wanita muda
dan langsung melumat
Beberapa
saat Winda membiarkan dan menerima saja perlakuan Johan pada bibirnya itu.
Lelaki gagah itu kini menjulurkan lidahnya, menyelusuri permukaan lembut bibir
Winda mili demi mili, mendesak kedua bibir
tersebut agar memberikan jalan, menyelusuri setiap permukaan gusi dengan
lembut dan perlahan. Kedua bibir wanita muda tersebut membuka dengan perlahan,
iapun terus mengulum rongga mulutnya beberapa saat hingga Winda tergerak mengimbanginya…, mulai
menghisap.. dan kedua tangannya dengan
nakal menjamah dada Winda yang saat itu masih berpakaian lengkap. Winda
menengadahkan kepalanya menyambut dengan sukacita. Tubuhnya mulai bersandar ke
bahu lelaki tersebut. Winda mengikuti saja... tindakannya tubuhnya
mengeliat-geliat dalam geli yang memabukkan.
Lalu
diapun melepaskan pagutan pada bibirnya. Johan berdiri melangkah ke arah pintu,
menutupnya dan kembali kearah wanita muda tersebut. Ditariknya tangan kanan
Winda untuk masuk kamarnya. Dalam cahaya lampu yang terang Winda tak sedikitpun
berusaha menolak. Merebahkan Winda di ranjang biru muda dalam kamarnya,
terlentang…, lalu melepaskan pakaian Winda termasuk pakaian dalamnya yang berwarna
putih. Juga
pakaian yang dikenakannya termasuk pakaian dalam biru tuanya yang membungkus
pertemuan pahanya. dengan cepat tergesa – gesa sekali.., melemparkan semuanya
di lantai.
Winda
memandangi
tubuh Johan dengan nafas yang
mulai tak teratur. Ada ketakutan dan keinginan kuat yang bercampur Winda paham Johan ingin melakukannya lagi
seperti juga keinginannya juga. Masih terpatri kuat dalam benaknya kejadian
malam sebelumnya yang sangat melenakannya....
Winda
terlentang pasrah, tubuh Johan mulai menindih, dan kedua kaki wanita muda
itu di bukanya. Winda yang tengah
memeluk bahu lelaki itu, tak sadari saat ia telah memasukkan kejantanannya pada
kewanitaan Winda. Yang
membuat Winda mengetahuinya karena rasa nyilu terbit
dari pertemuan pahanya
menyebabkan ia melonjak-lonjakkan tubuhnya
kekiri dan kekanan.
Lelaki
itu bergerak perlahan, menghujamkan pinggulnya pada pertemuan kedua paha Winda
yang kedua kakinya terbuka lebar.., dengan tempo yang teratur. Pinggul wanita
muda itu menyentak keatas, menyambutnya, menjemput hujaman batang kokoh
tersebut… hingga akhirnya Johan menghunjam dengan kuat, mendesakkan
kejantanannya se dalam-dalamnya lalu menggeram…, karena mencapai klimaks. Melepaskan
semua benihnya
didalam tubuh wanita muda itu. Lalu tubuhnya jatuh masih diatas tubuh wanita
berkulit putih tersebut... Padahal Winda belum apa - apa. Setelah ia sampai
klimaks iapun berdiri mengenakan pakaiannya kembali, menjauh darinya masih
dalam kamar tersebut.
“ Uda ka pai ka
Medan, jadi tadi itu adolah raso nan ‘ndak uda sampaikan ka Winda (Abang akan
ke Medan jadi tadi itu adalah rasa yang ingin abang sampaikan pada Winda)”,
ucap Johan.
“ Uda minta maaf,
uda tau Winda alun apo – apo, lain wakatu uda ‘ndak mamuehkan diek Winda (abang
minta maaf, abang tau Winda belum apa- apa, lain kali abang akan memuaskan dik
Win)”, tambah lelaki berkulit gelap tersebut. Winda
merasa sebuah keanehan karena Johan minta maaf
karena persetubuhan itu hanya memuaskan dirinya saja. Johan minta izin
berangkat malam itu kira - kira jam 9 malam. Malam itu Winda tinggal sendiri di
kamarnya, ada rasa kecewa karena Winda merasa hanya jadi sarana pelampiasan
nafsu Johan saja.
Dan
Sabtu itu Winda tetap di rumah saja, karena Johan ke Medan selama 3 hari.
Merapikan rumah, dan membereskan pakaian untuk bekerjanya Senin nanti. Jam 10
pagi suaminya telpon. bahwa dia dan anaknya akan ke Bukittinggi hari Sabtu itu
sekalian singgah di tempatnya. Suaminya datang sekitar jam 3 sore dengan mobil
mereka di tempatnya bersama anaknya berikut mertua Winda. Seharian itu Winda
asyik dengan anak dan suaminya... jalan - jalan
di daerah itu. Tak sedikitpun ada kesempatan atau waktu bagi wanita muda
tersebut dan suaminya untuk dapat sedikit bermesraan dan berhubungan layaknya
suami istri. Minggu sore sekitar jam jam 5 sore suaminya pulang ke Padang.
Windapun kembali larut dengan rutinitasnya..
Selasa
itu Winda baru pulang dari kantor
sekitar jam 5 sore. Masih sendirian dia karena kakaknya Johan masih belum
pulang Winda pun mandi membersihkan badannya, karena capai seharian kerja. Malamnya Johan terlihat pulang. Dia pun langsung ke
rumah dan mandi.
Saat
itu Winda mengenakan kimono tidur berikut penutup kepala seperti biasa dan
celana panjang bermotif bunga. Dengan hanya mengenakan pakai celana pendek dan
kaos singlet
Johan menemui Winda di kamarnya dan minta Winda menemaninya makan,di dalam
rumah kakaknya,
sebab menurutnya saat
itu ada
oleh - oleh makanan yang ia beli di jalan. Winda yang juga merasa lapar akhirnya mau
menemaninya makan senja itu.
“ Win, uda bali
nasi jo gulai kambiang di tampek langganan, lamak mah, kawani uda makan yo
(Win, abang, beli nasi dengan gulai kambing di tempat langganan, ini enak Win,
kawani abang makan ya)?”,kata Johan. Winda menurut saja
dan menyiapkan
makanan itu untuk mereka berdua malam itu. Selesai makan Winda merasakan ‘panas’nya
makanan itu amat
kentara.
‘Maklum gulai kambing’ pikirnya. tubuhnya memanas sehingga peluhnya keluar .hingga
keningnya basah, Johan juga sama...
Setelah
makan kemudian
mereka duduk berhadapan, masih di dalam rumah itu. Winda menceritakan tentang
kedatangan suaminya hari Sabtu itu kepada
Johan. Johan hanya tersenyum simpul dan tidak sedikitpun merasa iri atau
cemburu mendengar penuturan wanita muda berkulit putih itu. Kemudian ia berdiri
dan meraih tangan kanan Winda dan menariknya kearah kamarnya. Winda agak
keberatan, berusaha melepaskan tangannya karena tak terbiasa…
“ Ado apo kok
Winda di bao ka siko da (ada apa kok
Winda di bawa kesini)?, tanya Winda jengah.
“ Ado ciek
untuak Winda (ada sesuatu buat Winda)” jawabnya...
Dengan
sedikit enggan Winda melangkah ke kamar yang terletak di sebelah kiri terpisah
dari rumah induk berlantai kayu itu bergandengan tangan mengikuti Johan. Winda dimintanya
duduk di tepian kasur spring bed dalam kamar itu, kakinya menjuntai. Winda
mengikuti permintaannya karena Johan memohon-mohon dengan amat sangat. Tak terlintas sebersitpun pada
benak wanita cantik tersebut akan hal- hal yang dapat terjadi, hanya menurut saja.
Springbednya
hanya 1 lapis, sudah lusuh dan jarang dicuci
sepertinya. Tercium
bau rokok dan minuman terbersit pada hidung wanita bertubuh sintal itu. Winda
memaklumi kamar yang agak jorok dan di sana sini banyak puntung rokok dan botol
- botol minuman..
Kemudian
Johan mengeluarkan sesuatu dari dalam laci meja di kamarnya, berbentuk kotak berwarna hitam.
Rupanya ia baru saja membeli sebuah kalung berwarna seperti emas putih. Winda
merasa tersanjung atas sikapnya itu dan merasa
terpuji..
“...Iko
hadiah (ini hadiah)” katanya.
“ Uda mintak Winda
mamakainyo kini juo (Abang minta Winda mau memakainya sekarang juga)”
pintanya. Winda berusaha menolak.
“...Indak
usahlah bang…malu...” ujarnya tersipu-sipu merasa tidak ingin memakainya. Namun Johan yang saat itu berdiri di
depannya terus memaksa. Akhirnya dengan sungkan, Winda membiarkan lelaki itu
bergerak kebelakang untuk melepaskan
kalung yang sedang
dipakainya. Winda menurut membiarkan malah
membantunya. Johan melepas penutup kepala Winda dan meletakkannya di atas ranjang, kemudian melepas kalung yang telah selama itu melingkari lehernya. Lalu Johan memberikan kalung yang selama ini dkenakan Winda ketangan pemiliknya, dan mengaitkan kalung berwarna putih itu
pada leher mulusnya dari arah belakang. Mulai
saat itu Winda memakai kalung pemberian Johan.
Setelah
kalung putih tersebut terpasang,
Johan mulai menciumi dan mengelus tengkuk sebelah kanannya. Tangan satunya
merangkul pinggang Winda dari belakang. Winda merinding, kepalanya menunduk
karena geli, Winda berusaha menolakkan kepala
Johan dengan tangan kanannya namun
Johan tak juga
berhenti
menciumi tengkuknya, Winda kegelian… Dan
Johan tetap
tak juga berhenti.
Sedangkan tangan kirinya kini sudah tak berada dibahunya lagi, tengah bergerak ke depan melalui
ketiak menuju
bukit padat yang membusung di dada Winda.
“...UHHH…..!”
Winda mengeluh merasakan gairahnya kembali terbit. Lalu jemari kedua tangan Johan
memilin bukit padat yang membusung di dada Winda yang saat itu masih terbalut
kimono beserta pakaian
dalamnya. Winda mencoba berusaha
melepas tangan Johan yang berada di dadanya, namun tidak bisa karena tenaganya
lelaki tersebut lebih kuat
tak mampu ia goyahkan…!
Hingga kancing kimono itu akhirnya dilepaskan Johan. Winda diam saja saat pakaian tersebut jatuh ke
lantai. Membaringkan tubuh sintal yang kini terbuka pada bagian depannya hingga pinggang
itu di atas ranjang. Hanya dua buah cup berwarna hijau muda polos, berukuran
34b yang masih menutupi bukit padat yang membusung indah di dada pemiliknya.
Perlahan
Johan menciumi belahan dada yamg memutih mulus itu, mata Winda memicing
menikmati rasa geli yang timbul.
“...AHH……..!”rintih
wanita muda tersebut tak henti-hentinya. Hingga akhirnya penutup dada Winda juga lepas dan membebaskan bukit
padat di dada wanita muda itu bersentuhan dengan udara bebas.
Johan
membalikkan tubuh Winda menyamping, hingga mereka berhadapan. Tangannya meraih
kebelakang, pengait penutup dada Winda turut dilepaskan berikut kimononya. Tak sedikitpun
wanita muda tersebut berusaha mencegah atau menolak karena menurutnya, dirinyapun telah
tak punya apa-apa lagi
yang harus dipertahankan. Saat pakaian atasnya telah lepas dan tubuh mulus memutih tersebut
telanjang hingga pinggang. Pikirannya kosong… Hanya tinggal celana panjang yang
masih pada tempatnya. Kembali Johan membalikkan tubuh mulus itu menelentang,
berusaha menarik celana tersebut. Winda membiarkan saja, hanya menatap sayu pada wajah lelaki gagah tersebut,
malah membantu mempermudah dengan mengangkat pinggulnya hingga pakaian dalam
yang berukuran medium berwarna putih polos miliknya yang merupakan lembaran kain
terakhirnya tersebut meluncur turun dari
kedua tungkai mulusnya dan lepas dilantai. Winda kini telanjang dan terkulai pasrah
didera nafsunya yang mulai bergelora.... Johanpun berdiri, melepas pula semua kain yang melekat pada tubuhnya dalam tatapan mata
pasrah Winda yang terbaring terlentang… telanjang. Kemudian rebah di sisi kiri nya.
Winda
seakan mulai menginginkan juga, mungkin pengaruh makanan
kambing itu membuat tubuhnya amat panas semakin bergairah. Johan mulai bergerak, di awali dengan membelai dada hingga pusat kewanitaannya. Jari
tangan kanannya masuk ke dalam lepitan kewanitaan yang basah di bawah sana…,!!! dipermudah oleh kedua kaki Winda yang naluriah membuka guna memberikan jalan... Winda
hanya menatap mata Johan.., sambil menggeliat-geliat bak cacing kepanasan seraya merintih…
“...OHH………”. Johan kemudian berdiri, diringi tatapan Winda pada
punggungnya. Turun dan mengambil
sebuah botol berwarna hitam yang
terletak di atas lemari miliknya dan kembali duduk di samping kiri
wanita muda. Menuangkan isinya yang berwarna merah diatas perutnya, juga pada dada dan lehernya. Tercium aroma amat wangi. Lalu
ia menjilati
cairan yang sudah tumpah di atas kulit perut dan noktah pusarnya termasuk pada lehernya. Ada rasa geli, dingin dan gairah yang dirasakan Winda dibawah sinar lampu kamar yang saat
itu terang benderang. Ia menjilatnya hingga tandas...! Lalu kepala Johan meluncur turun, menuju pusat kewanitaannya, sehingga tubuh tegapnya kembali berada di lantai,
dengan kedua tangan tak henti-hentinya menggeluti bukit padat pada dada wanita
bertubuh sintal tersebut.. Spontan kedua kaki Winda membuka, dirinya terangsang
hebat…!!!
Saat
dirinya tengah menikmati, Johanpun membuka kewanitaan Winda dengan jemari
tangan kanannya, lalu menjilatnya dengan lidahnya yang terasa kasar. Wanita
bertubuh mulus itu hanya bisa menggerinjal-gerinjal dan merintih-rintih. Winda berulangkali memiringkan tubuh disebabkan nikmat dan geli
yang dirasakan bersamaan. Tak disadari Winda kedua tangannya berusaha menarik
kepala lelaki itu...
berusaha menjauhkan mulut dan lidah lelaki tersebut dari selangkangannya
Namun
dengan intens lidah Johan tak jua berhenti,.... terus menggeluti liang kewanitaan
wanita bertubuh sintal tersebut, menggelitiki
bagian lembut yang memerah muda yang
telah basah itu. Sepertinyanya
ia amat ingin menyempurnakan dan menuntaskan gairah yang makin membulak-bulak
yang melanda tubuh sintal itu.., Beberapa
saat kemudian Winda... orgasme...!!! Tubuhnya meregang dan mengejang..,
pinggulnya menelikung keatas sambil mengerang keras. Saat itu Winda hanya bisa memicingkan mata…
kejang,.. dan merintih.. , semua cairan kewanitaan miliknya dihisap Johan...!!!
Johan
bangkit, memandangi wanita sintal yang terbaring
bersimbah keringat. Tangannya yang berbulu kekar membuka kedua kaki Winda yang telah merapat kembali. Lalu tangan
kanannya meraih tangan kanan Winda dengan, tiba-tiba saja Winda merasakan..
menyentuh dan memegang.. sebuah batang berotot yang kuat. Ia kaget, baru menyadari johan mengarahkan
tangan wanita muda itu untuk
memegang batang kejantanannya yang kokoh. Winda takjub karena ukurannya besar dan panjang.. Karena agak takut kembali
dilepaskannya. Namun Johan dengan cepat menarik tangan wanita berkulit putih
itu agar tetap
memegangnya. Winda menggenggamnya sambil memandang ke wajah lelaki yang
terbaring di sampingnya dengan rasa kuatir takut akan menyakitinya.., beberapa
saat kemudian Winda melepaskannya kembali…
Lalu Johan merangkak di atas tubuhnya yang telah
lemas dan telentang. Kedua kaki wanita muda di di bukanya dan ia berjongkok
memposisikan kejantanannya dengan tangan kanannya tepat pada lepitan basahnya.
Menggesek-gesekkannya pada
lepitan seperti
kebiasaannya, Windapun turut bergerak, menggeser pinggulnya lebih dekat supaya ujung
membola batang kokoh itu tepat pada
lepitan kewanitaannya. Winda memicingkan mata, perasaan geli dan keinginan
untuk cepat di masuki membuncah menggelegak dalam dirinya… Lalu batang kaku itu
masuk pelan pelan dengan lancar, awalnya
geli, basah dan sebentuk benda
hidup masuk.., kini
tidak terasa sakit
lagi…!!!
“...UHH….!”rintih
Winda. Tubuh Winda sontak terlonjak saat ujung membola batang kokoh itu terasa mentok di dasar kewanitaannya..! Kedua
kakinya terbuka. Kembali seluruh tubuh wanita itu di
eksplorasi Johan dengan tangannya hingga Winda merasa sangat amat bergairah.
Sedang kedua tangan wanita muda bertubuh sintal itu di bukanya dan jari
merekapun saling mengenggam di samping bahu telanjang wanita muda itu. Lidahnya
menggigit dan menjilati bukit padat berikut puncaknya di dada wanita berkulit
putih tersebut perlahan. Bergantian sebelah kiri dan kanan. Lalu... lelaki itu
bergerak menarik pinggulnya perlahan, sehingga lepitan kewanitaan Winda seperti
tertarik keluar dan sebaliknya saat batang kokoh tersebut menusuk ke dalam.
Kepala wanita muda terlempar ke kiri dan ke kanan saking nikmatnya rasa yang
menderanya. Pinggul padatnya bergerak menyambut mengimbangi dengan
berputar-putar di bawah karena terangsang hebat seperti dialiri strum dan
sesekali menyentak keatas ke bawah pada setiap hujamannya.
“...AHH…….!”klimaks
kembali melanda wanita muda tersebut.
Ada rasa seperti tersengat listrik..., tubuhnya melengkung keatas dan
kedua kakinya menjepit pinggangnya di belakang tubuh Johan. Seluruh tubuhnya
mengeletar dengan pinggul yang bergerak gelisah liar. Winda ingin ia berlama
lama dan tak cepat klimaks. Kewanitaannya berdenyut-denyut seolah menjepit
merapat dengan kuat. Membuat Johan amat bernafsu sekali dan bergerak makin
cepat. Saat itu yang membuat Winda
merasa takjub pada gerakan Johan saat memompa dirinya, amatlah kuat dan konstan
dengan batang kejantanannya yang kokoh tak henti menghunjam. Dan kira - kira 15
menit kemudian itu Johan bergerak semakin cepat, lalu menumpahkan spermanya
sambil menggeram Ada rasa hangat tumpah
dalam kewanitaannya.., di rahimnya.
Johanpun
mendiamkan kejantanannya di dalam beberapa saat Lalu menggelosoh kesamping..
Kepuasan terpancar pada wajah wanita muda tersebut. Semburat memerah terbit
pada wajahnya. Berpelukan mereka terbaring diatas ranjang yang telah basah dan
acak-acakan tersebut. Winda terpejam dan merasa hangat pada kewanitaannya.
Winda amat puas…
Kemudian
Johan berdiri dan melangkah masuk kekamar mandi. Winda hanya memandang,
terlentang dan telanjang dengan kaki
masih terbuka, yang ada dalam pikiran saat itu
hanya rasa lepas, puas dan tubuh capai, kehabisan tenaga dan daya.
Rupanya
ia baru saja mandi, saat Winda melihatnya keluar dari kamar mandi dengan
berlilitkan handuk pada pinggangnya. Johanpun lantas meminta Winda untuk
membersihkan diri di kamar mandi itu. Windapun menurut dan beranjak ke kamar
mandi, telanjang…
Dalam
kamar mandi itu Winda mengguyur tubuhnya dengan air dingin, segar sekali
rasanya. Sewaktu menyabuni tak sedikitpun terbayangkan perlakuan Johan sebelumnya
pada bagian - bagian tubuh mulusnya, yang penting tubuhnya bersih dan tidak ada
keringat ataupun sisa bau tubuh Johan.
Lalu Winda melongok ke luar kamar mandi Winda
meminta handuk untuk menutupi tubuh telanjangnya yang telah segar. Johan mendekat
memberikan handuk yang ia pakai, untuk menutupi dan mengeringkan tubuh wanita
muda yang basah setelah mandi. Winda melangkah keluar dari kamar mandi dengan
memakai handuk yang berwarna biru muda, agak kotor dan bau, mungkin jarang di
cuci, namun Winda tidak mempunyai pilihan.
Di
kamar Winda pun kembali mencari-cari untuk mengenakan pakaian dalamnya namun
tidak ada dan Winda bertanya. Akhirnya
cd dapat di temukan Johan tergeletak di sudut ranjang-nya. Winda tidak
sadar bahwa benda kecil itu tadinya terlempar oleh perbuatan mereka berdua.
Johan berdiri mendekati di depan Winda. Winda berusaha merebut kain segitiga
penutup pertemuan pahanya dari tangan Johan. Sambil bercanda Johan melemparkan
benda itu ke atas ranjang. Winda bergerak cepat meraihnya, hampir dapat namun
tak di duganya handuk yang melilit tubuh sintalnya terlepas dari tubuhnya.
“...AW… AH..
AH.. UDA (AW… AH.. AH.. ABANG)”, Winda menjerit
manja. Winda kembali telanjang, berusaha menutup pertemuan pahanya dengan
tangannya. Johan yang telah mengenakan
celana dalam itu kembali memeluknya. Winda langsung terjerembab jatuh ke atas
ranjang itu diikuti tubuh lelaki dan langsung ditindih oleh tubuh besarnya yang
masih lembab sehabis mandi.
Johan
berusaha menciumi bibir wanita menggairahkan tersebut. Winda yang gelagapan tak
menduga akan menerima perlakuan Johan seperti itu, sehingga mereka saling
kulum. Saat itu Winda pun tidak mau
kalah, membalas setiap hisapan lidah Johan sementara kedua tangannya berada di
samping kepala Winda, sedangkan tangan Winda naluriah mendekap bahunya. Di
bawah, Winda hanya bisa membalas perlakuan bibir dan lidah Johan, meskipun
kedua kakinya telah membuka, menempatkan tubuh Johan diantaranya.
Tangan
kirinya lalu meraih bukit padat membulat di dada Winda dan meremasnya, bibir
berkumis lelaki itupun ikut andil dengan memberi gigitan kecil pada bukit padat
yang membusung pada bagian kanan sehingga Winda mulai bernafsu lagi dan
mengikuti tindakan Lelaki itu serta dan membalasnya.. Tangan kiri Johan lalu
menyelusuri perut turun kearah bawah pusar menemukan gundukan hangat kewanitaan
Winda, dan jarinya masuk kedalam..!! Winda semakin tidak karuan, Winda sudah
mulai basah, gejolak tubuhnya sudah menegang, mendesah…
Sementara
tangannya masih meremas kedua bukit membusung di dada Winda yang puncaknya
semakin menegang menjulang, tubuh Johan turun, membuat rasa basahnya semakin menjadi -
jadi saat kepala Johan ikut turun, menjilat seluruh isi kewanitaannya. Winda
tentu saja menjepit kepalanya karena rasa geli.., gairah.., dan rasa yang
seakan meledak di dalam tubuhnya sementara kedua tangannya berada pada kepala lelaki tersebut, menarik dan
menjambak rambutnya..!! Winda mendengus,
“....MNNNH
AH MM UGH… MM”,
Winda mulai merasakan ada aliran basah mengalir dari dalam kewanitaannya.
Kemudian
Johan bangkit dan berdiri, memposisikan tubuhnya sejajar diatas tubuh indah
wanita bertubuh sintal tersebut. Tubuhmya telah telanjang juga. Rupanya saat
melakukan rangsangan pada Winda, Johan melucuti pakaian dalamnya sendiri.
Dengan kedua tangannya diraihnya kedua kaki wanita muda itu dan membukanya,
sementara Winda hanya bisa memegang dengan erat kain sprei... Johan mengarahkan
batang kokoh kejantanannya, bersiap memasuki tubuh wanita muda yang telah
terkangkang pasrah itu. Winda tak berani memandang ke bawah dan hanya menatap
ke samping karena agak malu, kuatir dan jengah... Perlahan Winda merasakan
sebentuk batang yang kokoh tengah memasuki tubuhnya di bawah. Wanita muda itu
menggigit bibir bawahnya karena kembali dirasakannya seret dan nyilu. Tak
dapat lagi ia berpikir untuk meghentikan karena telah mulai masuk.., rasanya
panas dan kaku..! Lelaki itu bergerak memajukan pinggulnya, mendorong batang
tegangnya sekaligus hingga masuk semuanya..
“...OU...
UHH..!” erang Winda saat batang tegang yang kaku itu
amblas terbenam…, tubuhnya menggial… matanya memicing... dengan tangan
mencengkeram sprei. Winda menyadari keseluruhan batang tegang Johan telah
terbenam amblas dalam kewanitannya saat merasakan selangkangan lelaki itu
berbenturan dengan pertemuan kedua pahanya. Johan diam beberapa saat. Perlahan
ditariknya kembali. Terasa lepitan kewanitannya tertarik kembali. Saat Winda
mulai merasakan nyaman pada kewanitaannya dengan batang tegang itu didalamnya.
Winda mendesah keras,
“...OUHH……!”
Baru beberapa senti kira-kira seperempat bagian yang keluar Johan mendorong
pinggulnya lagi, sangat perlahan..! hingga mentok, rasanya hangat, masih ada
sedikit rasa tebal dan nyilu…!!
Johan
menarik kembali lagi beberapa saat hingga berulang- ulang, Gerakan Johan semakin cepat,
“...UU…AUUU…
UGH.. UGH…!” Winda mendesah dengan cepat. Meski
tanpa ada gerakan berarti dari tubuh wanita muda bertubuh indah itu karena
merasa telah capai dan otot pinggulnya serasa kaku, ia sangat menikmati
persetubuhan ini. Winda menjadi agak malu karena saat Johan bergerak memacu
pinggulnya itu terdengar ada kecipak bunyi - bunyian pada pertemuan kedua
selangkangan mereka yang telah basah oleh keringat. Hingga sekarang Winda masih
merasa malu pada dirinya sendiri apabila mengingat itu.
Beberapa
saat kemudian Winda mengerang keras dengan suara parau, matanya terpejam. Dan tubuhnya serasa
meledak…, menegang kejang..,
melentingkan punggungnya keatas bak ulat tertusuk duri, menjepit ketat pinggul
Johan dengan kedua kakinya yang saling
berkait di belakang Bagian dalam kewanitannya kembali berkedut-kedut. Jiwanya
serasa ringan, terbang melayang… lalu terkulai.. capai..
“...OH…
AHHHHHH… ADDDUHH… ‘DUHH !”
Johan
masih terus bergerak, menghujamkan batang tegangnya pada kelembutan basah
kewanitaan Winda tak berhenti… malah semakin cepat dan kasar..!!! Winda sudah sangat
lemas saat itu hanya diam terlentang dan terkangkang pasrah. Kedua tangannya
tergolek tidak berdaya memegang apapun. Hanya suara kecipak pertemuan kelamin
mereka saja dan nafas Johan yang memburu riuh terdengar dalam ruangan itu.
Tidak lama kemudian Johan dengan cepat menyusul. Seraya menggeram ia
menyentakan pinggulnya ke bawah dengan kuat membuat pinggul wanita muda itu
terbenam dalam keempukan ranjang, menyemburkan cairan kental yang hangat
miliknya di dalam kewanitaan Winda. Dan iapun rebah lagi diatas tubuh wanita
bertubuh sintal itu beberapa saat, lalu menggelosoh ke samping Winda..
Jam
2 malam itu juga Winda meminta di antar kembali ke kamarnya namun Johan
memaksanya tidur di situ.
“...Da…
Winda.. ka kamar malam iko yo (bang Winda..kekamar malam ini ya..),
“...Beko
Uni uda pulang baa pulo? Bisa gawat da (nanti kakak abang pulang gimana? bisa
gawat bang..)”.kata Winda tetap ngotot. Winda
takut jika tiba-tiba kakaknya pulang sedangkan Winda berada di dalam kamar
adiknya.
“ ...Kan
Winda masiah latiah, disiko sajo lah. Uni pulangnyo indak mungkin malam ‘ko
(kan Winda masih letih, disini sajalah, kakakku pulangnya ‘gak mungkin malam
ini koq)”, sahut Johan.
“...Winda
indak namuah lalok disiko, kalau di caliak urang lain tantang awak apo pulo
katonyo beko (Winda tidak mau tidur disini, nanti jika dilihat orang lain
tentang kita bagaimana)?”, kata Winda menerangkan.
Dengan
berat hati dan malas-malasan Winda melangkah diantar Johan ke kamarnya, meski
tidak terlalu jauh. Untungnya
jalan menuju kamar lampunya tidak ada sehingga tidak akan ada orang yang tau. Sesampai di pintu paviliunnyanya.
Winda masuk tetapi dengan nakal tangan Johan masih sempat meraih dada membusung
Winda yang langsung menepisnya. Saking lelahnya Winda tidak teliti sehingga
penutup segitiga pakaian dalamnya masih tertinggal di kamar Johan. Winda
berbisik pada Johan,
“...Da,
sarawa Winda lupo..., (bang pakaian dalam Winda lupa di pakai)”dengan
tersenyum Johan berkata,
“...Bisuak
lah uda anta-an, maleh bulak baliak (besok abang antarkan, malas bolak balik).
Begitu tau Winda tidak mengenakan pakaian dalamnya, tangan Johan lansung meraih
ke bawah, berusaha meraba kewanitaannya yang tertutup pakaian tidur.
“ ...Malu
‘da, iko kan dilua (malu ini kan diluar bang..)”,
kata Winda.
Winda
kemudian mencuci muka dan berbaring. Langsung
ia tertidur karena kelelahan akibat persetubuhan tadi. Dan esok nya
kembali bekerja seperti biasa. Winda juga sudah lupa pakaian dalamnya yang
tertinggal di kamar Johan. Setelah dia mengatakan akan menyimpannya di tempat
yang aman. Winda tidak kuatir lagi…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar